PENDAHULUAN
“Siapa
yang akan percaya dari sebuah lubang kecil, kita dapat melihat alam semesta”.
(Leonardo Da Vinci)
Kamera Lubang Jarum (KLJ) adalah kamera yang bisa dibuat dari
kaleng atau dus yang dilubangi sebatang jarum. Fotografi lubang jarum adalah fotografi tanpa lensa. Sebuah
lubang kecil menggantikan lensa. Cahaya melewati
lubang, lalu suatu citra terbentuk dalam kamera. Jadi pada dasarnya kamera
lubang kecil adalah sebuah kotak atau kaleng, dengan lubang kecil di satu ujung
dan film atau kertas foto di ujung lainnya
Sebagai
sebuah filosofi KLJ sebenarnya tidak mempersoalkan masalah “kamera”, tapi makna
“lubang jarum” lah yang kami garis bawahi. Karena lubang jarum bisa berarti
kondisi dimana saat sulit datang bertamu dan pada saat seperti itu kita harus
mampu meloloskan diri. Walau diadopsi dari teknologi lama, prinsip
KLJ ini dapat mengajak kita untuk berpikir dan berimajinasi atas terjadinya
keajaiban sebuah kotak yang mampu mencitrakan gambar fantastis,
karena terbukti KLJ mengajak kita untuk berada dalam suatu ruang yang cukup
luas untuk olah pikir, olah rasa dan bahkan olah fisik. Tetapi ruang itu harus
dipenuhi dengan aksi-aksi nyata.
Kamera
Lubang Jarum menawarkan pemanjaan idealisme yang luar biasa. Sangat pantas jika
Kamera Lubang Jarum digunakan sebagai kendaraan untuk “pendidikan” dan juga
“seni”.
SEJARAH SINGKAT
Kamera Lubang Jarum
(KLJ) adalah kamera yang bisa dibuat dari kaleng atau dus yang dilubangi
sebatang jarum. Fotografi lubang
jarum adalah fotografi tanpa lensa. Sebuah lubang kecil menggantikan
lensa. Cahaya melewati lubang, lalu suatu citra
terbentuk dalam kamera. Jadi pada dasarnya kamera lubang kecil adalah sebuah
kotak atau kaleng, dengan lubang kecil di satu ujung dan film atau kertas foto
di ujung lainnya.
Pada tahun 1824, seorang seniman
lithography Perancis Joseph-Nicéphore Niépce (1765-1833), setelah 8 jam
meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya melalui proses “Heliogravure” di
atas plat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak
kabur dan berhasil pula mempertahankan gambar secara permanen. Kemudian ia pun
mencoba menggunakan kamera obscura berlensa. Maka pada tahun 1826 lahirlah
sebuah “foto” yang akhirnya menjadi awal sejarah fotografi.
Kamera Lubang Jarum memang tidak begitu
popular di Indonesia meski masyarakat telah mengenal fotografi selang beberapa
tahun setelah fotografi Daquerreotype ditemukan di Prancis (1839), tepatnya
ketika Pemerintah Belanda menugaskan dr. Juriaan Munnich untuk membuat
dokumentasi tentang potensi alam tropis dan kebudayaan Indonesia tahun 1841.
Sekian waktu pula sejarah teknologi fotografi seperti terlupakan dalam endapan
dan tumpukan buku-buku di perpustakaan yang tersentuh sebatas kajian sejarah.
Tatkala teknologi tua itu disegarkan kembali
dalam propaganda fotografi versi kamera lubang jarum, dan tahun 2001 bisa
disebut sebagai kelahiran kembali teknologi tersebut, ketika fotografer Ray
Bachtiar mencoba mempopulerkan pinhole camera atau KLJ di Indonesia. Dengan
didukung oleh Komunitas Kamera Lubang Jarum Indonesia yang sudah menetas di
beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Surabaya,
Bali, Makasar dan Medan. Kamera lubang jarum dipertimbangkan sebagai mata
kuliah dasar jurusan fotografi. Bahkan di era digital sekarang ini, kamera
lubang jarum menjadi trend fotografi alternatif yang sangat artistik.
Alat dan Bahan Pembuatan Kamera Lubang Jarum
1. Alat
a. Jarum - jarum jahit tangan : 0,5 mm
- jarum pentul : 1 mm
- paku / peniti : 2 mm
b. gunting
c. palu
d. kertas gosok kasar
& halus
e. bor / cutter /
tatah
2. Bahan
a. kaleng bekas
(kaleng rokok / kaleng susu) atau pipa paralon 3 dym
b.
alumunium foil
/ alumunium bekas minuman kaleng
c.
lakban hitam
& doubletype
d.
cat pilok hitam
Alat dan Bahan Kamar Gelap
1. Alat
a.
enlarger f.
kaca
b.
baskom / nampan 3 buah untuk chemical g. sarung tangan
c.
ember &
selang i.
lap / handuk
d.
penjepit kertas
e.
gelas ukur
2. Bahan
a.
chemical :
developer (pengembang), stop bath (cuka), fixier (pengawet)
b.
air bersih +
sabun cair
HASIL
Data hasil praktek Kamera Lubang
Jarum
Bentuk dan bagian-bagian Kamera
Lubang Jarum
Gambar di samping adalah skema bentuk kamera lubang jarum yang
berbentuk silinder.
Dalam praktek membuat kamera lubang jarum, penulis menggunakan media
pipa paralon dan kaleng rokok surya.
A.
Galeri foto
hasil pemotretan menggunakan Kamera Lubang jarum
Foto 1 : Judul :
Salib
Speed : 115 detik (siang cerah)
Media : pipa paralon
Foto 1a : negatif (salib)
Foto
1b : positif (salib)
Foto 2: Judul :
Keset
Speed : 40 detik (siang cerah)
Media : Kaleng rokok surya
Foto
2a: negatif (keset) Foto
2b: positif (keset)
PEMBAHASAN
1.
Cara Pembuatan Kamera Lubang Jarum
a.
Menyiapkan
tabung kamera
· Buat lubang berbentuk segi empat (berukuran 4 x 4
cm) pada dinding kaleng untuk meletakkan lensa KLJ menggunakan cutter atau dapat juga dengan menggunakan Bor.
· Haluskan bekas potongan dengan amplas.
· Untuk ruang film atau ruang gelap kamera, cat
bagian dalam kaleng susu dengan warna hitam, lalu keringkan. Warna hitam
berguna untuk mengurangi refleksi cahaya yang tidak diinginkan.
b.
Membuat lensa
Lensa kamera lubang jarum merupakan
benda (biasanya karton hitam) yang ditempeli aluminium foil yang dilubangi dengan
jarum. Dalam hal ini, diistilahkan sebagai lensa KLJ agar dapat dipahami dengan
mudah sehingga dapat dibayangkan sebagai sebuah benda yang fungsinya sama
dengan lensa kamera umumnya. Lensa pada KLJ sama sekali bukan lensa dalam
pengertian ilmu fisika maupun pada kamera berlensa, tetapi lensa KLJ tempat
terdapatnya celah cahaya.
Celah cahaya atau lubang jarum dapat
disetarakan dengan diafragma (aperture) pada kamera berlensa, yaitu celah tempat masuknya
cahaya dari luar ke dalam ruang film. Besar-kecilnya lubang sangat berpengaruh
pada waktu pencahayaan (exposure). Jika lubang kecil maka cahaya masuk akan sedikit sehingga waktu
pencahayaan yang dibutuhkan cukup lama. Akibatnya gambar yang dihasilkan pun
menjadi kecil. Sebaliknya, jika lubang besar akan menyebabkan waktu pencahayaan
semakin singkat dan akan dihasilkan gambar yang besar. Penetapan waktu
pencahayaan yang ideal setiap lensa, lebih bersifat empiris bukan matematis.
Adapun cara
membuat lensa adalah sebagai berikut :
·
Celah cahaya
Siapkan potongan aluminium foil pembungkus makanan atau aluminium tutup
kaleng susu bagian dalam. Lubangi bagian tengah aluminium foil untuk memasukkan
cahaya. Caranya, letakkan aluminium foil di atas permukaan yang keras dan rata
(misalnya kaca atau mika), kemudian tekan dan putar jarum sampai terbentuk
lubang sebesar ujung jarum (tidak boleh terlalu lebar).
·
Lensa KLJ
Siapkan karton hitam berukuran 5 x 5 cm, lalu lubangi bagian tengahnya
berukuran 3,5 x 3,5 an. Dengan bantuan doubletape, tempelkan aluminium foil (yang telah dilubangi) pada karton hitam (berlubang) sehingga lensa KLJ
(sementara) sudah terbentuk. Dengan bantuan doubletape, tempelkan lensa KLJ pada bagian dalam dinding kaleng yang berlubang. Untuk menghindari
refleksi pada saat pernotretan, luka tusukan jarum harus ada di dalam ruang
film.
Untuk meyakinkan tidak adanya bocoran cahaya, tutup
sekeliling lensa KLJ dengan lakban hitam, baik di bagian dalam maupun luar
kaleng.
c.
Membuat
jepretan
Pada kamera umumnya, rana (shutter).
Kegunaan jepretan adalah untuk menutup dan membuka celah cahaya. Pada saat
memotret, cukup menggeser / membuka penutup tersebut sehingga memberikan
kesempatan kepada cahaya untuk masuk ke ruang film dan "membakar"
film (kertas cetak) yang ada di dalamnya. Setelah itu jepretan harus
dikembalikan pada posisi semula sehingga menutupi celah cahaya dengan rapat.
Cara
pembuatannya:
Lingkarkan potongan karton hitam berukuran 9 x 9 cm
di bagian atas lensa KLJ. Pasangkan dua buah karet gelang untuk menjaga agar
posisi kertas (bakal jepretan) tetap stabil. Atau dapat menggunakan lakban
hitam yang lebar.
2.
Cara momotret dengan Kamera Lubang Jarum
·
Memasang Kertas Negatif
Pemasangan kertas negatif ini harus dilakukan di
kamar gelap. Masukkan kertas foto ke ruang film dalam posisi permukaan kertas yang mengandung
emulsi menghadap ke arah lensa karnera.
Cara memotret
Sebelum memotret,
sebaiknya mencari obyek yang pantas untuk dipotret. Jarak antara kamera dengan
obyek sangat tergantung pada besar-kecilnya benda yang akan diabadikan dan
bentuk kamera yang digunakan. Sebelum pemotretan
dilakukan, jepretan harus tetap dalam posisi tertutup. Ketika hendak merekam
gambar (memotret), kita cukup menggeser atau membuka jepretan tersebut. Selama
pemotretan, upayakan posisi kamera tetap stabil. Oleh karena itu, sebaiknya
letakkan pemberat di atas kamera atau ganjal sisi kamera dengan batu atau benda
lainnya.
Pengambilan gambar horizontal Gambar vertikal akan diperoleh jika (KLJ) diletakan pada posisi tidur
3.
Proses terjadinya gambar fokus / foto
Penampilan
kamera lubang jarum sangat sederhana, tidak dibebani oleh berbagai "tombol"
dan "lensa" sebagaimana layaknya kamera mutakhir. Oleh karena itu,
penentuan fokus, pengaturan cahaya, dan lama pencahayaan, sangat dipengaruhi
atau tergantung pada jam terbang sang fotografer. Kamera lubang jarum tidak
memiliki "lensa" maupun pengatur jarak fokus, hanya terdapat celah
cahaya yang besarnya selubang jarum. Walaupun demikian, cukup meyakinkan dan
mampu merekam gambar dengan baik, f/stop-nya pasti di atas 175 (f/175).
Artinya, ruang ketajaman gambarnya (deep of field) sangat luas.
Walaupun tidak dilengkapi dengan lensa, KLJ mampu merekam
gambar dengan baik
Proses terjadinya gambar pada
KLJ cukup sederhana. Garis cahaya membentuk garis silang (huruf X), obyek /
benda diproyeksikan oleh cahaya kemudian memasuki celah lubang jarum dan
terekam pada emulsi kertas foto. Imagi yang ditangkap emulsi pada kertas foto
itu berbetuk maya, terbalik diperkecil. Walaupun tanpa bantuan lensa, celah
cahaya yang sangat kecil ini sangat membantu dalam rnembangun imaji yang cukup
tajam. Asalkan jarak bidikannya tidak terlalu dekat, pasti hasilnya fokus.
Berbeda dengan KLJ, kamera TLR / SLR dilengkapi oleh lensa sehingga
jarak fokus dapat diatur.
4. Waktu Pencahayaan
Waktu
pencahayaan merupakan salah satu peristiwa yang terjadi pada proses fotografi.
Cahaya pantulan sebuah benda masuk melalui celah cahaya ke dalam kamera atau
ruang film. Di dalam ruang film, cahaya pantulan ini akan membentuk sebuah
bayangan gambar. Selanjutnya, untuk mengabadikan peristiwa ini, dibuatlah film
atau kertas dilumuri bahan kimia yang bisa bereaksi jika terkena cahaya. Masalahnya,
gambar yang diabadikan pada film atau kertas foto bisa sempurna jika lama atau
waktu cahaya yang masuk (untuk "membakar' film atau kertas foto tersebut)
bisa "pas' (tidak kurang atau lebih).
a.
Under exposure
Semakin
singkat waktu pencahayaan, berarti cahaya yang masuk akan kurang atau terlalu
sedikit. Akibatnya, gambar yang dihasilkan sangat tipis (tidak jelas).
Solusinya, perlu dilakukan penambahan waktu pencahayaan.
b.
Over exposure
Sebaliknya, waktu pencahayaan yang
berlebihan akan mengakibatkan gambar yang dihasilkan terlalu tebal (gelap).
Solusinya, perlu dilakukan pengurangan waktu pencahayaan.
Percobaan
yang dilakukan pada beberapa "lensa" KLJ diketahui bahwa rata-rata
berkisar antara 10 detik sarnpai 7 menit pada pencahayaan hari cerah (matahari
langsung) dan antara 7 sampai 15 menit pada pencahayaan matahari redup (berawan
tanpa bayangan).
Oleh karena itu, tidak dianjurkan menggunakan KLJ
untuk memotret obyek bergerak seperti orang lari, tawuran dll, karena KLJ tidak
dapat mengabadikan suatu peristiwa yang singkat.
5.
Eksposure Value
Tabel EV [ Eksposure Value ]
Tabel ini untuk menentukan
lamanya waktu pencahayaan dengan pilihan harga EV yang sama dengan f. 100 atau
f. 200. [ saya pilih f. 90 dan f. 180 dari harga yang terdekat yang ada pada
tabel EV]
f. 100 atau f. 200 ini didapatkan
dari rumus sebagai berikut :
L / d = f. Atau
f = L / d.
Cara mencarai harga f adalah
sebagai berikut.
Diameter kaleng susu merupakan
panjang fokal Kamera lobang jarum [ yaitu jarak dari lobang jarum hingga
permukaan kertas cetak foto ], disini misalkan L = 10 cm = 100 mm
Sedangkan diameter lobang jarum
itu sendiri sebesar 0,5 mm atau 1 mm
Maka f Adalah
f = L / d.
Untuk lobang jarum sebesar 1 mm.
Maka f. = 100 mm / 1mm = 100. [
disini akan saya baca pada f. 90 lihat tabel yg berwarna merah sebagai L ideal 90 mm ]
Untuk lobang jarum sebesar 0,5
mm.
Maka f. = 100 mm / 0,5 mm = 200.
[ disini akan saya baca pada f. 180 juga lihat tabel yg berwarna merah L ideal
90 mm ]
Tabel EV untuk kertas cetak foto dengan
ASA 4 - 6 sebagai media rekamnya
|
1
|
1.4
|
2
|
2.8
|
4
|
5.6
|
8
|
11
|
16
|
22
|
32
|
45
|
64
|
90
|
128
|
180
|
256
|
4 mnt
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
2 mnt
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
1 mnt
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
30 dt
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
15 dt
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
8 dt
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
4 dt
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
2 dt
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
1 dt
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
1/30
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
1/60
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
1/125
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
1/250
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
1/500
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
29
|
1/1000
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
29
|
30
|
1/2000
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
29
|
30
|
31
|
1/4000
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
29
|
30
|
31
|
32
|
Tabel ini digunakan untuk mencari
harga kesetaraan EV dengan kombinasi f. Dan 1/t.
Misalkan untuk kesetaraan harga
EV 19, seluruh kombinasi f. Dan 1/t. Yang
berkadar harga 19 Dapat digunakan. Alasannya
karena kombinsai tersebut mempunyai porsi Intensitas cahaya yang sama.
Jadi kita coba untuk membaca
tabel diatas pada f. 90 harga EV 19 mempunyai waktu pencahayaan 4 detik untuk f. 180 harga EV 19 mempunyai waktu pencahayaan 15 detik.
Setelah pemotretan
selesai, kamera dibawa ke kamar gelap untuk melakukan proses berikutnya, yaitu
cuci-cetak.
6.
Proses Kamar Gelap
Pemasangan
dan pengeluaran kertas foto harus dilakukan di kamar gelap. Jika tidak ada
kamar gelap khusus, bisa membuat kamar gelap dengan ruangan yang ada, misalnya
kamar mandi yang digelapkan.
Pada
kamar gelap yang sesungguhnya, alat
pencetak ini biasa disebut enlarger. Pada proses pencetakan kali ini, fungsi
enlarger bisa diganti dengan lampu duduk 25 watt,
Daerah basah adalah tempat untuk proses
pencucian, lengkap dengan peralatan yang terdiri dari tiga buah nampan. Masing-masing nampan berfungsi
untuk proses pengembang (developer), penghenti (stop bath), dan penetap
(fixed). Selain itu, juga harus disiapkan sebuah ember berisi air dan selang
untuk membilas gambar.
a. Film / Kertas negatif
Pantulan cahaya dari bayangan gambar akan membakar
film / kertas foto.
Reaksi pada kertas bagian yang tidak terbakar akan
berwama putih dan sebaliknya, bagian yang terbakar akan menjadi hitam. Wama
gambar pada film akan terlihat berlawanan dengan aslinya. Selain itu, posisi
obyek pun terbalik. Keadaan seperti inilah yang disebut negatif (film
negatif/kertas negatif).
Jika film atau kertas negatif tersebut diproses
akan menghasilkan cetakan positif seperti foto-foto pada umumnya. Keadaan ini
berbeda dengan penampakan yang dihasilkan film positif (slide dan polaroid).
b. Chemical
·
developer
(bahan larutan pengembang)
Pada dasarnya, kertas foto hitam
putih dapat dicuci dalam larutan pengembang jenis apapun. Larutan
pengembang ini dapat berupa serbuk atau cairan yang dikemas dalam kaleng, dus,
atau botol plastik kedap cahaya. Pengembang serbuk biasanya berupa single
powder (terdiri dari gabungan bahan kimia). Sebelum digunakan, pengembang
single powder ini perlu dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu.
Berdasarkan fungsinya, larutan pengembang ada dua macam, yaitu larutan
pengembang untuk film dan larutan pengembang untuk kertas foto. Susunan
kandungan bahan kimia untuk pengembang film negatif dengan kertas foto agak
berbeda.
·
stop Bath
Larutan penghenti
merupakan larutan asam yang berfungsi untuk menghentikan reaksi larutan
pengembang. Pada prakteknya, pemakaian larutan penghenti (stop-bath) sering diabaikan. Tentunya, hal
ini akan memperpendek umur larutan penetap (fixer) yang digunakan. Dalam keadaan
terpaksa, dapat mengganti stop-bath dengan
larutan asam cuka (asam asetat), dengan konsentrasi 20 % yang dilarutkan dalam
air bersih (perbandingan 1 : 4).
·
fixer
Larutan
penetap ini berfungsi untuk membuat hasil imagi lebih tahan lama, atau bisa
dikatakan fixer ini adalah lautan pengawet gambar pada emulsi yang telah
’dikembangkan’.
Catatan: Sebaiknya,
seluruh komposisi bahan baik pengembang, penghenti, maupun penetap digunakan
pada suhu 20 °C. Apabila digunakan di atas 20°C, waktu pengembangan semakin
cepat sehingga gambar yang dihasilkan tampak kasar. Jika digunakan di bawah 20
°C, waktu pengembangan akan semakin lama sehingga gambar yang dihasilkan tidak
cemerlang.
c. Mencuci kertas negatif
Bayangan gambar pada film maupun kertas foto baru
bisa muncul apabila sudah dicuci. Tahap pertama yang harus diperhatikan saat
mencuci kertas foto adalah menyiapkan larutan pengembang, larutan penghenti, larutan
penetap dan air. Selanjutnya, KLJ dibawa ke dalam kamar gelap, lalu kertas
negatif dikeluarkan dari ruang film KLJ di daerah kering. Setelah itu, kertas
dibawa ke daerah basah untuk dilakukan pencucian. Adapun proses selengkapnya
dapat dilihat pada uraian berikut ini.
·
Proses pengembangan
Masukkan
kertas foto ke dalam larutan pengembang & emulsi kertas berada di bagian
atas. Goyang-goyangkan
nampan secara teratur, agar seluruh kertas terendam secara merata. Lama
perendaman sekitar 2 - 3 menit. Jika terlalu lama gambar yang dihasilkan akan
cenderung hitam dan kekontrasannya hilang (over developing).
·
Proses penghentian
Pindahkan kertas foto (kertas negatif)
dari larutan pengembang ke dalam larutan penghenti, lakukan perendaman sekitar
30 detik.
·
Proses penetapan
Pindahkan kertas negatif dari larutan
penghenti ke dalam larutan penetap menggunakan penjepit yang berbeda. Goyang-goyangkan
nampan secara teratur agar proses pengembangannya menjadi stabil. Dengan
merendam kertas negatif pada larutan penetap maka unsur perak halida yang
berada pada emulsi kertas negatif tidak lagi bereaksi. Lama perendaman dalam
larutan penetap sekitar 2-3 menit.
·
Proses pembilasan
Pindahkan
kertas negatif dari larutan penetap ke dalam air yang mengalir (atau yang
diganti-ganti secara teratur tiga atau empat kali selama pembilasan). Lama
pembilasan antara 15 – 30 menit. Kalau kurang, larutan-larutan dalam proses
pencucian akan tertinggal, akibatnya, lama-kelamaan gambar akan pudar dan
cenderung menguning.
·
Proses Pengeringan
Sebelum
dikeringkan, besut kertas negatif menggunakan spon busa secara perlahan.
Lakukan pekerjaan ini dalam ruang bebas debu, lalu keringkan. Kertas
negatif tidak dianjurkan untuk dikeringkan di bawah terik sinar matahari karena
sinar matahari sangat kuat sehingga dapat merusak emulsi.
d. Mencetak kertas positif
Foto hasil pencucian bukan merupakan cetakan final
Kertas foto tersebut masih merupakan kertas (foto) negatif. Untuk mendapatkan
gambar positif (seperti aslinya), foto negatif harus diproses cetak lagi di
atas kertas foto lain.
·
Letakkan kertas negatif (yang sudah dikeringkan) di atas kertas foto
baru. Posisi emulsi kertas foto baru berhadapan dengan gambar yang ada di
kertas negatif dan berada di bawah kertas negatif.
·
Lapiskan kaca bening bersih di atas kertas negatif.
·
Sinari
kertas foto secara tegak lurus selama 1-5 detik (kekuatan sumber cahaya 25
watt lampu bening dengan jarak sekitar 50 cm). Lamanya penyinaran dipengaruhi
oleh kualitas gambar pada kertas negatif yang dihasilkan. Jika kertas negatif
cenderung under exposure, proses penyinaran sebentar. Sebaliknya, jika
cenderung over exposure maka proses penyinarannya lebih lama.
·
Tahap selanjutnya sama dengan proses mencuci kertas
negatif, yaitu proses pengembangan, penghentian, penetapan, pembilasan dan
pengeringan.
Catatan:
Untuk menentukan waktu penyinaran
yang paling tepat dapat diperoleh dengan beberapa kali percobaan. Lama
penyinaran dipengaruhi oleh :
·
Kekuatan sumber cahaya
·
Jarak antara sumber cahaya dengan kertas foto.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil dan pembahasan di atas, maka dapat kita tarik suatu kesimpulan, yaitu:
1. Fotografi
itu tidak mahal, memotret dengan Kamera Lubang Jarum mengajarkan kita untuk bisa membuat
kamera sendiri dengan memanfaatkan barang-barang bekas seperti kaleng susu,
kaleng rokok dan lain-lain.
2. Memotret dengan Kamera Lubang
Jarum (KLJ) berarti kita mempelajari basic fotografi, kamera-kamera yang kita
kenal sekarang seperti TLR, SLR, View Camera dan lain-lain, itu merupakan hasil
pengembangan dari KLJ.
3. Memotret dengan Kamera Lubang Jarum (KLJ) berarti
kita mempelajari olah pikir, olah rasa, olah imajinasi dan bahkan olah fisik,
sehingga melatih kepekaan kita dalam berkreatifitas seni dalam bidang
fotografi.
4. Di era
digital, Kamera Lubang Jarum menjadi sebuah aliran fotografi alternatif yang
telah digemari oleh banyak orang, bahkan mempunyai komunitas yang cukup besar.
5. Sebagai ilmu
basic fotografi, kamera lubang jarum sudah seharusnya dijadikan kurikulum dalam
program studi fotografi pada lembaga-lembaga tinggi / sekolah-sekolah
peruguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi fotografi jenjang D-3 dan
S-1. Sehingga mencetak sarjana seni fotografi yang lebih profesional.
DulMahfud
0 Response to "TIPS Pembuatan Kamera Lubang Jarum"
Posting Komentar