TIPS Pembuatan Kamera Lubang Jarum


 PENDAHULUAN
“Siapa yang akan percaya dari sebuah lubang kecil, kita dapat melihat alam semesta”. (Leonardo Da Vinci)
Kamera Lubang Jarum (KLJ) adalah kamera yang bisa dibuat dari kaleng atau dus yang dilubangi sebatang jarum. Fotografi lubang jarum adalah fotografi tanpa lensa. Sebuah lubang kecil menggantikan lensa. Cahaya melewati lubang, lalu suatu citra terbentuk dalam kamera. Jadi pada dasarnya kamera lubang kecil adalah sebuah kotak atau kaleng, dengan lubang kecil di satu ujung dan film atau kertas foto di ujung lainnya
Sebagai sebuah filosofi KLJ sebenarnya tidak mempersoalkan masalah “kamera”, tapi makna “lubang jarum” lah yang kami garis bawahi. Karena lubang jarum bisa berarti kondisi dimana saat sulit datang bertamu dan pada saat seperti itu kita harus mampu meloloskan diri. Walau diadopsi dari teknologi lama, prinsip KLJ ini dapat mengajak kita untuk berpikir dan berimajinasi atas terjadinya keajaiban sebuah kotak yang mampu mencitrakan gambar fantastis, karena terbukti KLJ mengajak kita untuk berada dalam suatu ruang yang cukup luas untuk olah pikir, olah rasa dan bahkan olah fisik. Tetapi ruang itu harus dipenuhi dengan aksi-aksi nyata.
Kamera Lubang Jarum menawarkan pemanjaan idealisme yang luar biasa. Sangat pantas jika Kamera Lubang Jarum digunakan sebagai kendaraan untuk “pendidikan” dan juga “seni”.


SEJARAH SINGKAT
Kamera Lubang Jarum (KLJ) adalah kamera yang bisa dibuat dari kaleng atau dus yang dilubangi sebatang jarum. Fotografi lubang jarum adalah fotografi tanpa lensa. Sebuah lubang kecil menggantikan lensa. Cahaya melewati lubang, lalu suatu citra terbentuk dalam kamera. Jadi pada dasarnya kamera lubang kecil adalah sebuah kotak atau kaleng, dengan lubang kecil di satu ujung dan film atau kertas foto di ujung lainnya.
Pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis Joseph-Nicéphore Niépce (1765-1833), setelah 8 jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya melalui proses “Heliogravure” di atas plat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur dan berhasil pula mempertahankan gambar secara permanen. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa. Maka pada tahun 1826 lahirlah sebuah “foto” yang akhirnya menjadi awal sejarah fotografi.
Kamera Lubang Jarum memang tidak begitu popular di Indonesia meski masyarakat telah mengenal fotografi selang beberapa tahun setelah fotografi Daquerreotype ditemukan di Prancis (1839), tepatnya ketika Pemerintah Belanda menugaskan dr. Juriaan Munnich untuk membuat dokumentasi tentang potensi alam tropis dan kebudayaan Indonesia tahun 1841. Sekian waktu pula sejarah teknologi fotografi seperti terlupakan dalam endapan dan tumpukan buku-buku di perpustakaan yang tersentuh sebatas kajian sejarah.
Tatkala teknologi tua itu disegarkan kembali dalam propaganda fotografi versi kamera lubang jarum, dan tahun 2001 bisa disebut sebagai kelahiran kembali teknologi tersebut, ketika fotografer Ray Bachtiar mencoba mempopulerkan pinhole camera atau KLJ di Indonesia. Dengan didukung oleh Komunitas Kamera Lubang Jarum Indonesia yang sudah menetas di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Bali, Makasar dan Medan. Kamera lubang jarum dipertimbangkan sebagai mata kuliah dasar jurusan fotografi. Bahkan di era digital sekarang ini, kamera lubang jarum menjadi trend fotografi alternatif yang sangat artistik.

Alat dan Bahan Pembuatan Kamera Lubang Jarum
1.      Alat
a.       Jarum                     - jarum jahit tangan     : 0,5 mm
- jarum pentul              : 1 mm
- paku / peniti              : 2 mm
b.      gunting
c.       palu
d.      kertas gosok kasar & halus
e.       bor / cutter / tatah
2.      Bahan
a.       kaleng bekas (kaleng rokok / kaleng susu) atau pipa paralon 3 dym
b.      alumunium foil / alumunium bekas minuman kaleng
c.       lakban hitam & doubletype
d.      cat pilok hitam
Alat dan Bahan Kamar Gelap
1.      Alat
a.       enlarger                                                                 f. kaca
b.      baskom  / nampan 3 buah untuk chemical g. sarung tangan
c.       ember & selang                                                     i. lap / handuk
d.      penjepit kertas
e.       gelas ukur
2.      Bahan
a.       chemical : developer (pengembang), stop bath (cuka), fixier (pengawet)
b.      air bersih + sabun cair


HASIL
Data hasil praktek Kamera Lubang Jarum
Bentuk dan bagian-bagian Kamera Lubang Jarum

Gambar di samping adalah skema bentuk kamera lubang jarum yang berbentuk silinder.
Dalam praktek membuat kamera lubang jarum, penulis menggunakan media pipa paralon dan kaleng rokok surya.



A.    Galeri foto hasil pemotretan menggunakan Kamera Lubang jarum
Foto 1 :      Judul   : Salib
                  Speed  : 115 detik (siang cerah)
                  Media  : pipa paralon

 


Foto 1a : negatif (salib)                           







Foto 1b : positif (salib)


Foto 2:       Judul   : Keset
                  Speed  : 40 detik (siang cerah)
                  Media  : Kaleng rokok surya




      Foto 2a: negatif (keset)                                            Foto 2b: positif (keset)



PEMBAHASAN
1.      Cara Pembuatan Kamera Lubang Jarum
a.       Menyiapkan tabung kamera
· Buat lubang berbentuk segi empat (berukuran 4 x 4 cm) pada dinding kaleng untuk meletakkan lensa KLJ menggunakan cutter atau dapat juga dengan menggunakan Bor.
                        ·     Haluskan bekas potongan dengan amplas.
·  Untuk ruang film atau ruang gelap kamera, cat bagian dalam kaleng susu dengan warna hitam, lalu keringkan. Warna hitam berguna untuk mengurangi refleksi cahaya yang tidak diinginkan.

b.      Membuat lensa
            Lensa kamera lubang jarum merupakan benda (biasanya karton hitam) yang ditempeli aluminium foil yang dilubangi dengan jarum. Dalam hal ini, diistilahkan sebagai lensa KLJ agar dapat dipahami dengan mudah sehingga dapat dibayangkan sebagai sebuah benda yang fungsinya sama dengan lensa kamera umumnya. Lensa pada KLJ sama sekali bukan lensa dalam pengertian ilmu fisika maupun pada kamera berlensa, tetapi lensa KLJ tempat terdapatnya celah cahaya.
            Celah cahaya atau lubang jarum dapat disetarakan dengan diafragma (aperture) pada kamera berlensa, yaitu celah tempat masuknya cahaya dari luar ke dalam ruang film. Besar-kecilnya lubang sangat berpengaruh pada waktu pencahayaan (exposure). Jika lubang kecil maka cahaya masuk akan sedikit sehingga waktu pencahayaan yang dibutuhkan cukup lama. Akibatnya gambar yang dihasilkan pun menjadi kecil. Sebaliknya, jika lubang besar akan menyebabkan waktu pencahayaan semakin singkat dan akan dihasilkan gambar yang besar. Penetapan waktu pencahayaan yang ideal setiap lensa, lebih bersifat empiris bukan matematis.


Adapun cara membuat lensa adalah sebagai berikut :
·         Celah cahaya
Siapkan potongan aluminium foil pembungkus makanan atau aluminium tutup kaleng susu bagian dalam. Lubangi bagian tengah aluminium foil untuk memasukkan cahaya. Caranya, letakkan aluminium foil di atas per­mukaan yang keras dan rata (misalnya kaca atau mika), kemudian tekan dan putar jarum sampai terbentuk lubang sebesar ujung jarum (tidak boleh terlalu lebar).

·         Lensa KLJ
Siapkan karton hitam berukuran 5 x 5 cm, lalu lubangi bagian tengahnya berukuran 3,5 x 3,5 an. Dengan bantuan doubletape, tempelkan aluminium foil (yang telah dilubangi) pada karton hitam (berlubang) sehingga lensa KLJ (sementara) sudah terbentuk. Dengan bantuan doubletape, tempelkan lensa KLJ pada bagian dalam dinding kaleng yang berlubang. Untuk menghindari refleksi pada saat pernotretan, luka tusukan jarum harus ada di dalam ruang film.

Untuk meyakinkan tidak adanya bocoran cahaya, tutup sekeliling lensa KLJ dengan lakban hitam, baik di bagian dalam maupun luar kaleng.


c.       Membuat jepretan
            Pada kamera umumnya, rana (shutter). Kegunaan jepretan adalah untuk menutup dan membuka celah cahaya. Pada saat memotret, cukup menggeser / membuka penutup tersebut sehingga memberikan kesempatan kepada cahaya untuk masuk ke ruang film dan "membakar" film (kertas cetak) yang ada di dalamnya. Setelah itu jepretan harus dikembalikan pada posisi semula sehingga menutupi celah cahaya dengan rapat.
Cara pembuatannya:
Lingkarkan potongan karton hitam berukuran 9 x 9 cm di bagian atas lensa KLJ. Pasangkan dua buah karet gelang untuk menjaga agar posisi kertas (bakal jepretan) tetap stabil. Atau dapat menggunakan lakban hitam yang lebar.

2.      Cara momotret dengan Kamera Lubang Jarum
·         Memasang Kertas Negatif
Pemasangan kertas negatif ini harus dilakukan di kamar gelap. Masukkan kertas foto ke ruang film dalam posisi permukaan kertas yang mengandung emulsi menghadap ke arah lensa karnera.

 Cara memotret
            Sebelum memotret, sebaiknya mencari obyek yang pantas untuk dipotret. Jarak antara kamera dengan obyek sangat tergantung pada besar-kecilnya benda yang akan diabadikan dan bentuk kamera yang digunakan. Sebelum pemotretan dilakukan, jepretan harus tetap dalam posisi tertutup. Ketika hendak merekam gambar (memotret), kita cukup menggeser atau membuka jepretan tersebut. Selama pemotretan, upayakan posisi kamera tetap stabil. Oleh karena itu, sebaiknya letakkan pemberat di atas kamera atau ganjal sisi kamera dengan batu atau benda lainnya.

Pengambilan gambar horizontal Gambar vertikal akan diperoleh jika (KLJ) diletakan pada posisi tidur

3.      Proses terjadinya gambar fokus / foto
                  Penampilan kamera lubang jarum sangat sederhana, tidak dibebani oleh berbagai "tombol" dan "lensa" sebagaimana layaknya kamera mutakhir. Oleh karena itu, penentuan fokus, pengaturan cahaya, dan lama pencahayaan, sangat dipengaruhi atau tergantung pada jam terbang sang fotografer. Kamera lubang jarum tidak memiliki "lensa" maupun pengatur jarak fokus, hanya terdapat celah cahaya yang besarnya selubang jarum. Walaupun demikian, cukup meyakinkan dan mampu merekam gambar dengan baik, f/stop-nya pasti di atas 175 (f/175). Artinya, ruang ketajaman gambarnya (deep of field) sangat luas.

            Walaupun tidak dilengkapi dengan lensa, KLJ mampu merekam gambar dengan baik
                  Proses terjadinya gambar pada KLJ cukup sederhana. Garis cahaya membentuk garis silang (huruf X), obyek / benda diproyeksikan oleh cahaya kemudian memasuki celah lubang jarum dan terekam pada emulsi kertas foto. Imagi yang ditangkap emulsi pada kertas foto itu berbetuk maya, terbalik diperkecil. Walaupun tanpa bantuan lensa, celah cahaya yang sangat kecil ini sangat membantu dalam rnembangun imaji yang cukup tajam. Asalkan jarak bidikannya tidak terlalu dekat, pasti hasilnya fokus.
Berbeda dengan KLJ, kamera TLR / SLR dilengkapi oleh lensa sehingga jarak fokus dapat diatur.

                       
4.     Waktu Pencahayaan
                  Waktu pencahayaan merupakan salah satu peristiwa yang terjadi pada proses fotografi. Cahaya pantulan sebuah benda masuk melalui celah cahaya ke dalam kamera atau ruang film. Di dalam ruang film, cahaya pantulan ini akan membentuk sebuah bayangan gambar. Selanjutnya, untuk mengabadikan peristiwa ini, dibuatlah film atau kertas dilumuri bahan kimia yang bisa bereaksi jika terkena cahaya. Masalahnya, gambar yang diabadikan pada film atau kertas foto bisa sempurna jika lama atau waktu cahaya yang masuk (untuk "membakar' film atau kertas foto tersebut) bisa "pas' (tidak kurang atau lebih).
a.       Under exposure
Semakin singkat waktu pencahayaan, berarti cahaya yang masuk akan kurang atau terlalu sedikit. Akibatnya, gambar yang dihasilkan sangat tipis (tidak jelas). Solusinya, perlu dilakukan penambahan waktu pencahayaan.
b.      Over exposure
Sebaliknya, waktu pencahayaan yang berlebihan akan mengakibatkan gambar yang dihasilkan terlalu tebal (gelap). Solusinya, perlu dilakukan pengurangan waktu pencahayaan.
                  Percobaan yang dilakukan pada beberapa "lensa" KLJ diketahui bahwa rata-rata berkisar antara 10 detik sarnpai 7 menit pada pencahayaan hari cerah (matahari langsung) dan antara 7 sampai 15 menit pada pencahayaan matahari redup (berawan tanpa bayangan).
Oleh karena itu, tidak dianjurkan menggunakan KLJ untuk memotret obyek bergerak seperti orang lari, tawuran dll, karena KLJ tidak dapat mengabadikan suatu peristiwa yang singkat.

5.      Eksposure Value
Tabel EV [ Eksposure Value ]
Tabel ini untuk menentukan lamanya waktu pencahayaan dengan pilihan harga EV yang sama dengan f. 100 atau f. 200. [ saya pilih f. 90 dan f. 180 dari harga yang terdekat yang ada pada tabel EV]


f. 100 atau f. 200 ini didapatkan dari rumus sebagai berikut :
L / d = f. Atau
f  = L / d.
Cara mencarai harga f adalah sebagai berikut.
Diameter kaleng susu merupakan panjang fokal Kamera lobang jarum [ yaitu jarak dari lobang jarum hingga permukaan kertas cetak foto ], disini misalkan L = 10 cm = 100 mm
Sedangkan diameter lobang jarum itu sendiri sebesar 0,5 mm atau 1 mm
Maka f Adalah
f = L / d.
Untuk lobang jarum sebesar 1 mm.
Maka f. = 100 mm / 1mm = 100. [ disini akan saya baca pada f. 90 lihat tabel yg berwarna merah  sebagai L ideal 90 mm ]
Untuk lobang jarum sebesar 0,5 mm.
Maka f. = 100 mm / 0,5 mm = 200. [ disini akan saya baca pada f. 180 juga lihat tabel yg berwarna merah L ideal 90 mm ]

Tabel EV untuk kertas cetak foto dengan ASA 4 - 6 sebagai media rekamnya

1
1.4
2
2.8
4
5.6
8
11
16
22
32
45
64
90
128
180
256
4 mnt
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
2 mnt
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
1 mnt
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
30 dt
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
15 dt
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
8 dt
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
4 dt
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
2 dt
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
1 dt
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1/30
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
1/60
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
1/125
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
1/250
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
1/500
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
1/1000
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1/2000
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
1/4000
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Tabel ini digunakan untuk mencari harga kesetaraan EV dengan kombinasi f. Dan 1/t.
Misalkan untuk kesetaraan harga EV 19, seluruh kombinasi f. Dan 1/t. Yang berkadar harga 19 Dapat digunakan. Alasannya karena kombinsai tersebut mempunyai porsi Intensitas cahaya yang sama.
Jadi kita coba untuk membaca tabel diatas pada f. 90 harga EV 19 mempunyai waktu pencahayaan 4 detik untuk f. 180 harga EV 19 mempunyai waktu pencahayaan 15 detik.
Setelah pemotretan selesai, kamera dibawa ke kamar gelap untuk melakukan proses berikutnya, yaitu cuci-cetak.


6.      Proses Kamar Gelap
                  Pemasangan dan pengeluaran kertas foto harus dilakukan di kamar gelap. Jika tidak ada kamar gelap khusus, bisa membuat kamar gelap dengan ruangan yang ada, misalnya kamar mandi yang digelapkan.

                  Pada kamar gelap yang sesungguhnya, alat pencetak ini biasa disebut enlarger. Pada proses pencetakan kali ini, fungsi enlarger bisa diganti dengan lampu duduk 25 watt,
Daerah basah adalah tempat untuk proses pencucian, lengkap dengan peralatan yang terdiri dari tiga buah nampan. Masing-masing nampan berfungsi untuk proses pengembang (developer), penghenti (stop bath), dan penetap (fixed). Selain itu, juga harus disiapkan sebuah ember berisi air dan selang untuk membilas gambar.
a.       Film / Kertas negatif
Pantulan cahaya dari bayangan gambar akan membakar film / kertas foto.
Reaksi pada kertas bagian yang tidak terbakar akan berwama putih dan sebaliknya, bagian yang terbakar akan menjadi hitam. Wama gambar pada film akan terlihat berlawanan dengan aslinya. Selain itu, posisi obyek pun terbalik. Keadaan seperti inilah yang disebut negatif (film negatif/kertas negatif).
Jika film atau kertas negatif tersebut diproses akan menghasilkan cetakan positif seperti foto-foto pada umumnya. Keadaan ini berbeda dengan penampakan yang dihasilkan film positif (slide dan polaroid).


b.      Chemical
·         developer (bahan larutan pengembang)
Pada dasarnya, kertas foto hitam putih dapat dicuci dalam larutan pengembang jenis apapun. Larutan pengembang ini dapat berupa serbuk atau cairan yang dikemas dalam kaleng, dus, atau botol plastik kedap cahaya. Pengembang serbuk biasanya berupa single powder (terdiri dari gabungan bahan kimia). Sebelum digunakan, pengembang single powder ini perlu dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu. Berdasarkan fungsinya, larutan pengembang ada dua macam, yaitu larutan pengembang untuk film dan larutan pengembang untuk kertas foto. Susunan kandungan bahan kimia untuk pengembang film negatif dengan kertas foto agak berbeda.
·         stop Bath
Larutan penghenti merupakan larutan asam yang berfungsi untuk menghentikan reaksi larutan pengembang. Pada prakteknya, pemakaian larutan penghenti (stop-bath) sering diabaikan. Tentunya, hal ini akan memperpendek umur larutan penetap (fixer) yang digunakan. Dalam keadaan terpaksa, dapat mengganti stop-bath dengan larutan asam cuka (asam asetat), dengan konsentrasi 20 % yang dilarutkan dalam air bersih (perbandingan 1 : 4).
·         fixer
Larutan penetap ini berfungsi untuk membuat hasil imagi lebih tahan lama, atau bisa dikatakan fixer ini adalah lautan pengawet gambar pada emulsi yang telah ’dikembangkan’.
Catatan: Sebaiknya, seluruh komposisi bahan baik pengembang, penghenti, maupun penetap digunakan pada suhu 20 °C. Apabila digunakan di atas 20°C, waktu pengembangan semakin cepat sehingga gambar yang dihasilkan tampak kasar. Jika digunakan di bawah 20 °C, waktu pengembangan akan semakin lama sehingga gambar yang dihasilkan tidak cemerlang.
c.       Mencuci kertas negatif
Bayangan gambar pada film maupun kertas foto baru bisa muncul apabila sudah dicuci. Tahap pertama yang harus diperhatikan saat mencuci kertas foto adalah menyiapkan larutan pengembang, larutan penghenti, larutan penetap dan air. Selanjutnya, KLJ dibawa ke dalam kamar gelap, lalu kertas negatif dikeluarkan dari ruang film KLJ di daerah kering. Setelah itu, kertas dibawa ke daerah basah untuk dilakukan pencucian. Adapun proses selengkapnya dapat dilihat pada uraian berikut ini.
·         Proses pengembangan
Masukkan kertas foto ke dalam larutan pengembang & emulsi kertas berada di bagian atas. Goyang-goyangkan nampan secara teratur, agar seluruh kertas terendam secara merata. Lama perendaman sekitar 2 - 3 menit. Jika terlalu lama gambar yang dihasilkan akan cenderung hitam dan kekontrasannya hilang (over developing).


·         Proses penghentian
Pindahkan kertas foto (kertas negatif) dari larutan pengembang ke dalam larutan penghenti, lakukan perendaman sekitar 30 detik.
·         Proses penetapan
Pindahkan kertas negatif dari larutan penghenti ke dalam larutan penetap menggunakan penjepit yang berbeda. Goyang-goyangkan nampan secara teratur agar proses pengembangannya menjadi stabil. Dengan merendam kertas negatif pada larutan penetap maka unsur perak halida yang berada pada emulsi kertas negatif tidak lagi bereaksi. Lama perendaman dalam larutan penetap sekitar 2-3 menit.
·         Proses pembilasan
Pindahkan kertas negatif dari larutan penetap ke dalam air yang mengalir (atau yang diganti-ganti secara teratur tiga atau empat kali selama pembilasan). Lama pembilasan antara 15 – 30 menit. Kalau kurang, larutan-­larutan dalam proses pencucian akan tertinggal, akibatnya, lama-kelamaan gambar akan pudar dan cenderung menguning.
·         Proses Pengeringan
Sebelum dikeringkan, besut kertas negatif menggunakan spon busa secara perlahan. Lakukan pekerjaan ini dalam ruang bebas debu, lalu keringkan. Kertas negatif tidak dianjurkan untuk dikeringkan di bawah terik sinar matahari karena sinar matahari sangat kuat sehingga dapat merusak emulsi. 


d.      Mencetak kertas positif
Foto hasil pencucian bukan merupakan cetakan final Kertas foto tersebut masih merupakan kertas (foto) negatif. Untuk mendapatkan gambar positif (seperti aslinya), foto negatif harus diproses cetak lagi di atas kertas foto lain.
·         Letakkan kertas negatif (yang sudah dikeringkan) di atas kertas foto baru. Posisi emulsi kertas foto baru berhadapan dengan gambar yang ada di kertas negatif dan berada di bawah kertas negatif.
·         Lapiskan kaca bening bersih di atas kertas negatif.
·         Sinari kertas foto secara tegak lurus selama 1­-5 detik (kekuatan sumber cahaya 25 watt lampu bening dengan jarak sekitar 50 cm). Lamanya penyinaran di­pengaruhi oleh kualitas gambar pada kertas negatif yang dihasilkan. Jika kertas negatif cenderung under ex­posure, proses penyinaran sebentar. Sebaliknya, jika cenderung over exposure maka proses penyinarannya lebih lama.
·         Tahap selanjutnya sama dengan proses mencuci kertas negatif, yaitu proses pengembangan, penghentian, penetapan, pembilasan dan pengeringan.
Catatan:
Untuk menentukan waktu penyinaran yang paling tepat dapat diperoleh dengan beberapa kali percobaan. Lama penyinaran dipengaruhi oleh :
·         Kekuatan sumber cahaya
·         Jarak antara sumber cahaya dengan kertas foto.

KESIMPULAN
            Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat kita tarik suatu kesimpulan, yaitu:
1.      Fotografi itu tidak mahal, memotret dengan Kamera Lubang Jarum mengajarkan kita untuk bisa membuat kamera sendiri dengan memanfaatkan barang-barang bekas seperti kaleng susu, kaleng rokok dan lain-lain.
2.      Memotret dengan Kamera Lubang Jarum (KLJ) berarti kita mempelajari basic fotografi, kamera-kamera yang kita kenal sekarang seperti TLR, SLR, View Camera dan lain-lain, itu merupakan hasil pengembangan dari KLJ.   
3.      Memotret dengan Kamera Lubang Jarum (KLJ) berarti kita mempelajari olah pikir, olah rasa, olah imajinasi dan bahkan olah fisik, sehingga melatih kepekaan kita dalam berkreatifitas seni dalam bidang fotografi.
4.      Di era digital, Kamera Lubang Jarum menjadi sebuah aliran fotografi alternatif yang telah digemari oleh banyak orang, bahkan mempunyai komunitas yang cukup besar.
5.      Sebagai ilmu basic fotografi, kamera lubang jarum sudah seharusnya dijadikan kurikulum dalam program studi fotografi pada lembaga-lembaga tinggi / sekolah-sekolah peruguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi fotografi jenjang D-3 dan S-1. Sehingga mencetak sarjana seni fotografi yang lebih profesional.


                                                                                                                        DulMahfud

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TIPS Pembuatan Kamera Lubang Jarum"

Posting Komentar